LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN I
ISOLASI
PIPERIN DARI FRUCTUS PIPERIS NIGRI ATAU PIPERIS ALBI
Oleh :
Kelompok 1 :
1.
Abdurrahman Al Asy’ari (M3514001)
2.
Adilla Nurmita
(M3514002)
3.
Agustina Nur Rohmah (M3514003)
4.
Amalian Dian K (M3514005)
5.
Ani Nur Hayati (M3514007)
6.
Dewi Yulinawati (M3514012)
7.
Dian Islami M (M3514013)
8.
Dina Istiana (M3514014)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
LAPORAN
PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN
I
ISOLASI
PIPERIN DARI FRUCTUS PIPERIS NIGRI
A. TUJUAN
·
Dapat memahami prinsip
isolasi piperin dari fructus piperis nigri
·
Dapat melakukan isolasi
piperin dari fructus piperis nigri
·
Dapat melakukan
analisis kualitatif dengan metode KLT
B. DASAR
TEORI
Piperin
termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat
membentuk garam dengan asam mineral kuat. Khasiat dari buah lada yaitu dapat
mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera, nyeri haid, rematik, salesma,
dan impoten (Septiatin,2001).
Teknik
ekstraksi sangat berguna untuk memisahkan secara cepat dan bersih baik untuk
zat organik maupun zat anorganik. Cara ini dapat digunakan untuk analisis mikro
dan makro. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari
larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur
dengan air (Purwani, et al., 2008).
Metode
yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam adalah ekstraksi
soxhlet yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
dengan menggunakan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan
larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis
pelarut ini didasarkan atas beberapa faktor, yaitu selektivitas, kelarutan,
kemampuan tidak saling campur, reaktivitas, titik didih, dan kriteria lainnya
(Bernasconi,1995).
KLT
dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion anorganik
kompleks, senyawa-senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa organik baik
yang terdapat di alam dan senyawa organik sintesis. Kelebihan penggunaan
kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena
dapat dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi
dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat.(Voight, 1995).
Empat
macam absorben yang umum dipakai ialah silika gel, alumina, kieselguhr, dan
selulosa. Sempel yang merupakan campuran senyawa yang akan dipisahkan,
dilarutkan dalam zat pelarut yang mudah menguap, misalnya kloroform atau zat
pelarut lain yang serupa, yang mempunyai titik didih antara 50-100 C. Pemilihan
sistem pelarut atas dasar like dissolve like berarti untuk memisahkan sampel
yang bersifat non polar digunakan sistem pelarut yang bersifat non polar juga
(Adnan, 1997).
Kriatalisasi
langsung merupakan prosedur paling sederhana, tetapi jarang memberikan hasil
yang memuaskan untuk pemisahan alkaloid murni, kecuali apabila satu alkaloid
yang terdapat dalam bahan tidak larut. Beberapa kombinasi pelarut yang sering
digunakan untuk kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair,
metanol-kloroform, metanol-eter, metanol-aseton, dan etanol-aseton
(Sastrohamidjojo,1996).
CARA
KERJA
D. ALAT
DAN BAHAN
·
Alat yang digunakan
meliputi :
1.
Perangkat penyari
soxhlet (volume 100 ml) (1 set)
2.
Heating mantle (1
buah)
3.
Batang pengaduk (1
buah)
4.
Cawan porselen (2
buah)
5.
Corong (1
buah)
6.
Perangkat KLT (1
set)
7.
Gelas ukur (1
buah)
8.
Penangas air (1
buah)
9.
Mortir dan stamfer (1
buah)
10. Gelas
beker (2
buah)
11. Timbangan
(1
buah)
·
Bahan yang digunakan
meliputi :
1.
Piperis nigri (30
gram)
2.
Etanol 96% (150
ml)
3.
Air (secukupnya)
4.
Vaselin (secukupnya)
5.
KOH etanolik 10% (10
ml)
6.
Silica gel GF 254 (1
buah)
7.
Diklormetan (7,5
ml)
8.
Etil asetat (2,5
ml)
9.
Anisaldehid- Asam
sulfat (secukupnya)
E.
HASIL DAN PEMBAHASAN
·
Hasil Percobaan
Pada proses isolasi Piperin dari fructus Piperis nigri ini diperoleh 8 kali
sirkulasi dengan data sebagai berikut :
Volume
piperin yang diperoleh dari hasil isolasi : 125 ml
Volume
awal sebelum diuapkan : 122 ml
Bobot setelah diuapkan :
1,5 gram
Hasil KLT
Jarak noda : 3,4
cm
Jarak pelarut : 7 cm
·
Pembahasan
Praktikum kali ini adalah praktikum
Isolasi Piperin dari Fructus Piperis Nigri. Pada praktikum kali ini bertujuan
untuk mengisolasi piperin dari Piperis Nigri, menganalisa secara kualitatif
hasil isolasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan melakukan
isolasi dengan metode sokhletasi.
Ada
beberapa metode untuk mengisolasi suatu bahan atau sampel, namun pada parktikum kali ini isolasi piperin menggunakan metode sokhletasi. Metode sokhletasi adalah salah satu metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik. Digunakan metode sokhletasi dikarenakan pelarut yang digunakan lebih sedikit dan larutan
sari yang dialirkan melalui pipa sifon tetapi tinggal dalam labu,
sehingga pelarut
yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi,
waktu yang digunakan pun lebih cepat. Namun, metode sokhletasi juga memiliki kekurangan yaitu pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan tidak cocok digunakan untuk
senyawa yang tidak tahan pemanasan.
Prinsip dari isolasi dengan metode sokhletasi adalah
piperin disari dari buah piper dengan menggunakan etanol 96%, kemudian
dipisahkan dari senyawa resin dengan penambahan KOH-etanol 10% b/v.
Kristalisasi dilakukan dengan menggunakan etanol.
Piperin merupakan senyawa amida basa lemah yang dapa tmembentuk garam dengan asam mineral kuat. Apabila dihidrolisis dengan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
Proses
isolasi ini dilakukan dengan cara menimbang 30 gram
serbuk mrica dan dibungkus dengan menggunakan kertas saring yang ditali dengan menggunakan tali kenur
pada bagian ujung-ujungnya, sehingga berbentuk seperti permen. Hal
ini dilakukan
agar serbuk merica mudah diambil saat proses isolasi selesai dan sampel tidak bercampur langsung dengan pelarut yang
digunakan.
Digunakan kertas saring dikarenakan kertas saring mempunyai dinding yang tipis
dan berpori yang dapat mempermudah pelarut untuk menyerap piperin yang
terkandung didalam sampel. Kemudian serbuk merica yang sudah ditali dimasukkan
kedalam alat penyari sokhletasi yang disebut pipa timbel dan ditambahkan etanol 96% sebanyak150 ml atausampai 2 kali sirkulasi. Pada labu alas bulat dimasukkan 3 buah batu didih yang tujuannya
agar panas didalam labu alas bulat bisa merata dan stabil,
serta tidak menyebabkan labu alas bulat pecah saat pelarut mendidih. Labu alas bulat diletakkan di atas heating
mantle namun jangan terlalu dekat, agar saat pelarut mendidih dan suhunya panas tidak menyebabkan labu alas bulat gosong. Kemudian alat dirangkai, bagian atas alat soxhlet disambungkan dengan selang untuk air keluar sedangkan bagian bawah alatsoxhlet dipasangkan selang yang dihubungkan dengan water
pump untuk air masuk. Setelah semua alat dirangkai, water pump dan heating
mantle dihubungkan ke arus listrik untuk memulai proses isolasi.
Proses
penyarian dilakukan sebanyak 8 kali
sirkulasi. Yang dimaksud dengan
1 kali sirkulasi adalah saat dimana pelarut naik dan kemudian kembali kebawah. Semakin lama waktu penyarian maka sirkulasi yang terjadi akan semakin cepat. Hal ini dikarekan pelarut sudah mulai panas sehingga lebih mudah menguap dan naik keatas. Dari isolasi ini diperoleh sari sebanyak
125 ml dan diambil
3 ml untuk dimasukkan ke dalam flacon. Sisa sari tersebut kemudian diuapkan.
Sisa
sari yang diperoleh dimasukkan ke dalam cawan porselin kemuadian diuapkan di atas waterbath. Untuk menguapkan sari sampai diperoleh ekstrak kental dibutuhkan waktu sangat lama, sehingga penguapan dilakukan pada hari
lain. Ekstrak kental yang diperoleh ditambahkan dengan KOH-etanolik sebanyak 10 ml.
Penambahan KOH-etanolik tidak boleh berlebihan dan harus dalam kondisi dingin karena piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin. Kemudian,
ekstrak tersebut diaduk dan di diamkan sampai terbentuk endapan. Setelah terbentuk endapan, disaring dengan menggunakan kertas saring dan sari jernih yang
diperoleh didinginkan pada lemari es.Pada saat sari jernih tersebut didinginkan pada lemaries, akan membentuk kristal. Kristal yang dihasilkan seberat 1,5 gram, sehingga
rendemen hasilnya adalah 5%. Rendemen inidiperoleh dari bobot akhir dibagi dengan bobot awal dan dikalikan 100%. Pengamatan organoleptik terhadap kristal yang didapat
adalah kristal berbau menyengat khas piperin dengan warna coklat kekuningan.
Metode pemisahan yang terakhir adalah Kromatografi Lapis
Tipis (KLT). Kromatografi
lapis tipis merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam media berupa lempengan kromatografi. Pada KLT, komponen – komponen dari suatu senyawa akan dipisahkan antar dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Fase diam akan menahan komponen campuran senyawa sedangkan fase geraknya akan melarutkan zat dalam komponen. Komponen yang mudah tertahan
pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen
yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Ada beberapa tahap yang dilakukanpada proses KLT yaitu penyiapan plat, pemilihan fase gerak, fase diam, serta pengamatan lokasi bercak pada kromatogram, deteksi dan identifikasi. Dalam praktikum KLT ini fase gerak yang digunakan adalah pelarut campuran dari diklormetan : etilasetat (75:25v/v). Dalam praktikum ini fase geraknya dibuat setengah dari jumlah total. Selanjutnya adalah preparasi fase diamnya yaitu berupa silica Gel GF 254, dilakukan dengan memotong plat dengan ukuran 5 x 10 cm. Pemotongan dilakukan menggunakan cutter supaya plat
tidak rusak dan garis potongan tepi plat lebih akurat dan tidak mengganggu proses elusi.
Proses selanjutnya plat diberikan tanda batas atas dan tanda batas bawah masing-masing 1cm,sebagai batas tempat penotolan sampel yaitu pada tanda batas bawah dansebagai penandaakhir proses pengelusian yaitu tanda batas atas. Jarak antarfraksi yaitu 1,5 cm dan jarak tepi dari fraksi yaitu 1 cm. Setelah itu fase gerak dijenuhkan, penjenuhan dilakukan supaya tekanan uap eluen dalam chamber dapat merata sehingga pengelusian dapat seragam kecepatannya dan penjenuhan dilakukan untuk mengoptimalkan proses pengembangan fase gerak. Sambil menunggu
chamber jenuh, kita melakukan penotolan sampel pada plat KLT. Sampel ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler dan dilakukan sekali penotolan.
Plat yang sudah di totol dengan sampel tadi dimasukkan ke dalam chamber
yang selesai dijenuhkan. Pengembangan dilakukan dengan memasukkan plat KLT yang telah ditotolkan ke dalam chamber. Plat selanjutnya di elusi sampai tanda batas atas pengembangan yang telah dibuat tadi.Cara pengembangan yang
digunakan pada praktikum ini adalah ascending (menaik), yaitu pengembangan berdasarkan pada daya kapilernya.Tepi bagian bawah plat yang telah ditotoli sampel dimasukkan dan dicelupkan ke dalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm.
Dimana tinggi fase gerak dalam chamber harus dibawah plat yang berisi
totolan sampel dan volume fase gerak dibuat sedikit mungkin
tapitetap dapat mengelusi lempeng sampai pada batas jarak pengembangan. Hal tersebut bertujuan supaya tidak terjadi kontaminasi selama proses
elusi berlangsung dan sampel tidak terendam yang kemudian bias merembet apabila tinggi fase gerak lebih tinggi dari sampel. Setelah proses elusi selesai, lalu plat dikeluarkan dari dalam chamber dan diangin- anginkan selama
10 menit. Setelah itu spot
yang berjalanta dilihat di bawah sinar
UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian bercak atau elusi yang terbentuk di semprot dengan pereaksi semprotnya ,hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperjelas atau mempertegas adanya kandungan senyawa kimia dalam ekstrak.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pengamatan,
ketika dilihat di
bawah sinar UV254 dan 366 nm didapatkan jarak noda 3,4 cm dan jarak pelarutnya 7 cm dengan harga Rf 0,49. Harga rf yang diperoleh hamper mendekati harga rf standart yaitu 0,5.Jadi, dapat disimpulkan bahwa spot yang
dihasilkan pada identifikasi KLT itu adalah senyawa piperin.
F. Kesimpulan
- Prinsip dari isolasi dengan metode sokhletasi adalah
piperin disari dari buah piper dengan menggunakan etanol 96%, kemudian
dipisahkan dari senyawa resin dengan penambahan KOH-etanol 10% b/v
- 1 kali sirkulasi adalah saat dimana pelarut naik dan kemudian kembali kebawah
- Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
- Kromatografi
lapis tipis merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam media berupa lempengan kromatografi
- Harga Rf yang diperoleh 0,49. Harga rf tersebut hampir mendekati harga rf standart yaitu 0,5. Sehingga spot
yang dihasilkan pada identifikasi KLT tersebut adalah senyawa piperin
G. Daftar Pustaka
Adnan, Muhammad. 1997. Teknik Kromatografi.
Andi offset: Yogyakarta.
Bernasconi. 1995. Teknik Kimia II. Pradya
Paramitha: Jakarta.
Purwani, et al, 2007. Ekstraksi Neodenium memakai
Asam 01-2 etil heksil fosfat. Vol 1 (1):3
Sastrohamidjojo, hardjono. 1996. Sumber Bahan Alam.
UGM Press: Yogyakarta.
Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari
Rempah-rempah. Tanaman Hias, dan Tanaman Liar, CV. YRAMA WIDYA: Bandung.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran teknologi Farmasi
Edisi V. UGM Press: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar