Entri yang Diunggulkan

FARMAKOLOGI 1 : MAKALAH DASAR TERAPI ANTIDOTE

MAKALAH FARMAKOLOGI DASAR TERAPI ANTIDOTE Di susun oleh : Dina Istiana                             ( M35140 14 ) Fiqri Yusuf...

Senin, 11 Januari 2016

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI : CARA PEMERIKSAAN TELUR CACING PADA SAMPEL TANAH

PERCOBAAN 1
                  CARA PEMERIKSAAN TELUR CACING PADA SAMPEL TANAH
I.                   TUJUAN
1.      Dapat mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada tanah.
2.      Dapat mengamati berbagai macam telur cacing dari jenis tanah yang berbeda.
II.                DASAR TEORI
Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris, mempunyai saluran cerna yang berfungsi penuh, biasanya berbentuk silindris serta panjangnya bervariasi dari beberapa milimeter hingga lebih dari satu meter. Semua Nematoda yang menginfeksi manusia mempunyai jenis kelamin terpisah, yang jantan biasanya lebih kecil daripada yang betina. Nematoda dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Nematoda jaringan dan Nematoda usus.
Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths), diantaranya adalah Ascaris lumbricoides,Trichuris trichiuraNecator americanus, dan Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis (Gandahusada,1998).
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakitnya disebut askariasis. Cacing dewasa bebentuk silinder dengan ujung yang meruncing. Stadium dewasa hidup di rongga usus halus. Betina berukuran 6 7 dengan panjang 20-35 cm dan tebal 3-6 mm. Jantan lebih kecil, panjang 12-31 cm dan tebal 2-4 mm dengan ujung melengkung, seperti yang ada pada gambar 1. 7 Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari terdiri atas telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Ukuran telur cacing dengan panjang 60-70 μm dan lebar 40-50 μm . Dalam lingkungan yang sesuai. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan di alirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan bronchus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa (Sandy S, & Irmanto M, 2014).
Cacing tambang dapat berkembang secara optimal pada tanah berpasir yang hangat dan lembab, telur di tanah tumbuh dan berkembang menjadi embrio dalam 24-48 jam pada suhu 23 sampai 30 °C dan menetas menjadi larva. Larva 10 filaform yang menembus kulit dapat menyebabkan ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan. Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005-0,1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0,08-0,34 cc. Pada infeksi kronik atau infeksi berat terjadi anemia hipokrom mikrositer. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan kognitif menurun (Didik, 2012).
Manusia merupakan hospes cacing Trichuris trichiura. Penyakit yang disebabkannya disebut trikiuriasis. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing 11 betina bentuknya membulat tumpul. Pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina dapat menghasilkan telur sehari 3.000-5.000 butir (Chadijah, 2013).
Trichuris trichiura lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karcna secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Infeksi dengan cacing cambuk (trichuriasis) lebih sering terjadi di daerah panas, lembab dan sering bersama-sama dengan infeksi Ascaris. Sampai saat ini dikenal lebih dari 20 spesies Trichuris spp, namun yang menginfeksi manusia hanya Trichuris trichiura dan Trichuris vu/pis. Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang banyak. Apabila jumlahnya sedikit, pasien biasanya tidak akan terpengaruh dengan adanya cacing ini. Penyakit yang disebabkan cacing ini dinamakan trichuriasis atau trichocephaliasis. Pcnyakit ini terutama terjadi di daerah subtropis dan tropis , dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah (Slamet,2002).

III.             ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
1.      Saringan kawat kasa                           (1 buah)
2.      Alat pemusing                                     (1 buah)
3.      Tabung sentrifuse                                (2 buah)
4.      Kaca tutup (ukuran 24, 32mm)           (1 buah)
Bahan yang digunakan :
1.      Larutan hipoklorit 30%                        (40 mL)
2.      Larutan sulfas magnesium
3.      Sampel tanah                                       (10 gr  )

IV.             CARA KERJA
1.      Disaring 100 gram sampel dengan saringan kawat
2.      5 gram tanah yang sudah disaring dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse. Ditambahkan 20 mL larutan hipoklorit ke dalam tabung yang berisi tanah, diaduk dan didiamkan selama 1 jam
3.      Dipusingkan pada kecepatan putar 2000 rpm selama 2 menit, cairan supernatan dibuang
4.      Ditambahkan air ke dalam tabung dan pusing kembali 2 kali untuk tiap kali 2 menit pada kecepatan putar yang sama
5.      Cairan supernatan dibuang dan ditambahkan larutan sulfas magnesium dengan berat jenis 1,260 (2,82 gr/mL)
6.      Diaduk dengan aplikator
7.      Dipusingkan pada kecepatan putar 2500 rpm (x 750 g) selama 5 menit
8.      Ditambahkan larutan sulfas magnesium secara hati –hati sampai mengisi penuh tabung
9.      Didiamkan beberapa menit
10.  Secara hati -hati kaca tutup diletakkan sampai kontak dengan permukaan larutan sulfas magnesium dan kemudian kaca tutup diangkat perlahan- lahan ke atas dan diletakkan kaca tutup yang mengandung cairan di atas kaca benda
11.  Diperiksa dengan mikroskop
V.                Hasil pengamatan

Gambar Cacing
Jenis cacing

Diphyllobothorium latum
(sampel tanah daerah matesih, karanganyar)

Ascaris lumbricoides
(sampel tanah daerah Purwosari)


Ancylostoma duodenale
(Sampel tanah di F. MIPA UNS)


VI.             Pembahasan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah Dapat mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada tanah. Dapat mengamati berbagai macam telur cacing dari jenis tanah yang berbeda.
Prinsip dari praktikum kali ini yang pertama adalah menyaring tanah yang sudah diambil, ditambahkan larutan hipoklorit 30 %. Kemudian diputar pada sentrifuse dengan kecepatan 2000 RPM dan akan mengendap, setelah itu ditambahkan MgSO4 dan diputar kembali dengan kecepatan 2500 RPM, bila mengandung telur cacing maka akan mengapung. Kemudian ditambahkan MgSO4 sampai penuh dan ditutup dengan objek gelas beberapa menit agar telur caing menempel pada objek gelas sehingga dapat diperiksa pada mikroskop.
Prinsip sentrifus bekerja seperti komedi putar. Prinsipnya yakni dengan meletakkan sampel pada suatu gaya dengan memutar sampel pada kecepatan tinggi, sehingga terjadi pengendapan partikel, atau organel-organel sel berdasarkan bobot molekulnya. Substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas Substansi hasil sentrifugasi terbagi menjadi dua, yaitu supernatan dan pelet. Supernatan adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah. Posisi dari substansi ini berada pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih. Sementara pelet adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih tinggi. Posisisnya berada pada bagian bawah (berupa endapan) dan warnanya lebih keruh.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyaring 100 gram tanah dengan saringan kawat kasa. Penyaringan dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel tanah yang akan diperiksa & mempermudah kelarutan tanah sehingga lebih mudah dilakukan pemeriksaan. 5 gram tanah yang sudah disaring dimasukka ke dalam tabung sentrifuse, ditambahkan 20 mL larutan hiploklorit 30 % untuk proses presipitasi atau pengendapan. Kemudian pusing pada kecepatan 2000 rpm selama 2 menit agar diperoleh supernatan yaitu bagian yang berada di atas permukaan cairan setelah dipusingkan. Kemudian supernatan dibuang. Ditambahkan larutan Sulfas Magnesium, larutan Magnesium sulfas mempunyai berat jenis yang lebih ringan dibanding dengan telur parasit sehingga telur parasit akan mengendap.
Dari hasil pemeriksaan dengan mikroskop di dapatkan hasil sampel tanah yang berasal dari matesih mengandung cacing Diphyllobottorium latum. Diphyllobothrium latum disebut juga dengan Difilobatriasis atau Penyakit Cacing Pita adalah salah satu jenis penyakit cacing yang paling berbahaya. Bentuk cacingnya pipih seperti pita, bisa mencapai panjang 3 – 10 meter dan hebatnya walau dipotong-potong, cacing ini masih bisa hidup. Bibit cacing terutama banyak ditemukan didalam daging babi dan daging sapi. Ditemukan pada usus halus manusia, anjing, kucing, babi, beruang, mamalia pemakan ikan. Cacing memiliki ukuran 2-12 m warna abu-abu kekuningan dengan bagian tengah berwarna gelap (berisi uterusdan telur). Testis dan gld. Vitellaria terletak di lateral, ovarium di tengah berlobus 2. Uterus berbentuk bunga di tengah dan membuka di ventral. Porus uterus terletak disebelah porus genitalis. Telur keluar terus menerus di tinja dengan ukuran 67-71 x 40-51 μ.
Cacing dewasa memiliki beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung telur) dan panjangnya sampai 450-900 cm. Telurnya dikeluarkan dari proglotid di dalam usus dan dibuang melalui tinja. Telur akan mengeram dalam air tawar dan menghasilkan embrio, yang akan termakan oleh krustasea (binatang berkulit keras seperti udang, kepiting). Selanjutnya krustasea dimakan oleh ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air tawar terinfeksi yang mentah atau yang dimasak belum sampai matang.
Ciri-ciri
·         Merupakan jenis cacing pita yang hidup sebagai parasit pada manusia, anjing, kucing dan serigala.
·         Sebagai inang perantaranya adalah katak sawah (Rana cancrivora), ikan dan Cyclops.
·         Menyebabkan Diphyllobothriasis.
·         Daerah penyebarannya meliputi wilayah eropa, afrika, amerika utara dan jepang.
Pada sampel tanah di daerah Purwosari terdapat cacing Ascaris Lumbricoides. Ascaris lumbricoides adalah salah satu jenis cacing nematoda intestinalis dengan ukuran terbesar yang menginfeksi manusia. Penyakit yang disebabkan cacing ini disebutaskariasis. Parasit ini bersifat kosmopolit, yaitu tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dengan kelembaban cukup tinggi.
Morfologi Ascaris Lumbricoides :
Cacing Ascaris lumbricoides mempunyai bentuk tubuh silindris dengan ujung anterior lancip. Bagian anteriornya dilengkapi tiga bibir (triplet) yang tumbuh dengan sempurna. Cacing betina panjangnya 20-35 cm, sedangkan cacing jantan panjangnya 15-31 cm. Pada cacing jantan, ujung posteriornya lancip dan melengkung ke arah ventral dan dilengkapipepil kecil serta dua buah spekulum berukuran 2 mm. Cacing betina posteriornya membulat dan lurus, dan sepertiga bagian anterior tubuhnya terdapat cincin kopulasi, tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh lapisan kutikula bergaris halus.
Telur cacing ini memiliki empat bentuk, yaitu tipe dibuahi (fertrilized), tidak dibuahi (afertilized), matang, dan dekortikasi. Telur yang dibuahi berukuran 60 x 45 mikron dengan dua lapis dinding tebal. Lapisan luar terdiri dari jaringan albuminoid, sedangkan lapisan dalam jernih. Isi telur berupa massa sel telur. Sel telur yang tidak dibuahi berbentuk lonjong dan lebih panjang daripada tipe yang dibuahi ukurannya 90 x 40 mikron, dengan dinding luar yang lebih tipis. Isi telur berupa massa granula refraktil. Telur matang berisi larva (embrio), tipe ini menjadi infelatif setelah berada di tanah ±3 minggu. Telur yang dekortikasi tidak dibuahi, namun lapisan luar yaitu albuminoid sudah hilang.
Daur Hidup Ascaris Lumbricoides :
Cacing betina menghasilkan 200 ribu butir per hari. Telur Ascaris lumbricoides berkembang dengan baik pada tanah liat dengan kelembaban tinggi pada suhu 25°-30° C. Pada kondisi ini, telur tumbuh menjadi bentuk infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu. Telur yang infektif bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva di usus halus. Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa, kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung dan menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding alveolus dan masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke faring dan menimbulkan iritasi. Penderita akan batuk karena rangsangan larva ini. Larva di faring tertelan dan terbawa ke esofagus, sampai di usus halus, dan menjadi dewasa. Dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan.
Ciri- ciri telur fertil cacing Ascaris lumbricoides : Bentuk oval, ukuran : panjang 45-75 µm dan diameternya 35-50 µm. Mempunyai 3 dinding lapis yaitu: lapisan luar yang tebal  barkelok-kelok( lapisan albumin) dan lapisan  kedua dan ketiga yang halus (lapisan hialin dan vitelin). Telur berisi embrio. Berwarna kuning kecoklatan. Ciri- ciri telur infertil Ascaris lumbricoides : Bentuk oval memanjang, ukuran : panjang 88-94 µm,diamternya 40-45 µm.  Dinding hanya 2 lapis yaitu lapisan albumn dan hialin. Telur berisi  granula refraktil.
Dan pada sampel tanah di F.MIPA terdapat cacing Ancylostoma duodenale. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia, dengan mulut yang melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma duodenale ukurannya lebih besar dari Necator americanus. Yang betina ukurannya 10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya menyerupai huruf C, Necator americanus berbentuk huruf S, yang betina 9 – 11 x 0,4 mm dan yang jantan 7 – 9 x 0,3 mm. Rongga mulut A.duodenale mempunyai dua pasang gigi, N.americanus mempunyai sepasang benda kitin. Alat kelamin jantan adalah tunggal yang disebut bursa copalatrix. A.duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000 butir, sedang N.americanus 9.000 butir. Telur dari kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, ukurannya 40 – 60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak bersegmen. Di tanah dengan suhu optimum23oC - 33oC, ovum akan berkembang menjadi 2, 4, dan 8 lobus. Seekor cacing tambang dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,2 ml setiap harinya. Cacing dewasa dapat hidup di usus selama satu hingga lima tahun di mana cacing betina memproduksi telur. Pada infeksi ringan hanya sedikit sekali kehilangan darahnya tetapi pada infeksi berat dapat menimbulkan pendarahan hebat, kekurangan zat besi dan berat badan turun drastis.
Seekor cacing tambang dewasa dapat bertelur antara 10.000-30.000 telur per 24 jam. Telur ini akan bertahan lama di tanah yang lembab, sejuk dan di sekitar pohon yang rindang yang biasanya terdapat di daerah perkebunan. Untuk telur cacing tambang akan dikeluarkan bersama feses. Ketika berada di dalam tanah akan menetas dalam waktu 1-2 hari dan kemudian akan menjadi larva “Rabditiiti Form”. Pada hari ke-3 “Rabeniti Forem” akan menjadi “Filari Form”. Dalam bentuk ini dapat hidup di tanah selama 8 minggu. Dalam waktu kisaran tersebut akan terinjak kaki dan akan menembus kulit dan menuju ke kapiler darah. Telur keluar bersama tinja, dalam waktu 1 – 2 hari telur akan berubah menjadi larva rabditiform (menetas ditanah yang basah dengan temperatur yang optimal untuk tumbuhnya telur adalah 23 – 300 C. Larva rabditiform makan zat organisme dalam tanah dalam waktu 5 – 8 hari membesar sampai dua kali lipat menjadi larva filariform, dapat tahan diluar sampai dua minggu, bila dalam waktu tersebut tidak segera menemukan host, maka larva akan mati. larva filariform masuk kedalam tubuh host melalui pembuluh darah balik atau pembuluh darah limfa, maka larva akan sampai ke jantung kanan. Dari jantung kanan menuju ke paru – paru, kemudian alveoli ke broncus, ke trakea dan apabila manusia tersedak maka larva akan masuk ke oesophagus lalu ke usus halus (siklus ini berlangsung kurang lebih dalam waktu dua minggu).


VII.          Kesimpulan
1.                  Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths), diantaranya adalah Ascaris lumbricoides,Trichuris trichiuraNecator americanus, Ancylostoma duodenale dan Strongyloides stercoralis
2.                  Pada sampel tanah di daerah Matesih terdapat cacing tanah Diphyllobottorium latum.
3.                  Pada sampel tanah di daerah Purwosari terdapat cacing tanah Ascaris lumbricoides
4.                  Pada sampel tanah di F.MIPA UNS terdapat cacing tanah Ancylostoma duodenale
5.                  Prinsip sentrifus bekerja seperti komedi putar. Prinsipnya yakni dengan meletakkan sampel pada suatu gaya dengan memutar sampel pada kecepatan tinggi, sehingga terjadi pengendapan partikel, atau organel-organel sel berdasarkan bobot molekulnya.



VIII.       Daftar Pustaka
Chadijah. 2013. Kejadian penyakit cacing usus di Kota Palu dan Kabupaten Donggala,  
     Sulawesi Tengah. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang.    
     ISSN.Vol.4 (4) : 181-187.
Didik Sumanto.2012. UJI PAPARAN TELUR CACING TAMBANG PADA TANAH
     HALAMAN RUMAH. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS. ISBN :  
     978-602-18809-0-6.
Gandahusada.1998. Parasitologi kedokteran. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI
Sandy, S. dan Irmanto, M. Analisis model faktor risiko infeksi cacing gelang   
       (Ascaris lumbricoides) pada murid SD di Distrik Arso Kabupaten Keerom
        Papua. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang. ISSN. Vol.5 (1) :   
        35-42.
Slamet.2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah  Mada University Press.










Mengetahui                                                       Surakarta, 26 November 2015
        Asisten Praktikum                                                                         Praktikan


                                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar